Langsung ke konten utama

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI JAWA

 Agama Islam masuk ke Pulau Jawa kira-kira pada abad ke-11 M., yang dibawa oleh para pedagang Arab dan para mubaligh dari Pasai. Tempat yang mula-mula dimasuki Islam di pulau Jawa yaitu daerah-daerah pesisir utara Jawa Timur. Tokoh terkenal yang berdakwah di Jawa Timur adalah Maulana Malik Ibrahim. Beliau menetap di Gresik, kemudian mendirikan pusat penyiaran agama Islam dan pusat pengajaran. Dalam majlisnya itu beliau mengkader beberapa orang murid. selanjutnya mereka menyiarkan agama Islam ke daerah-daerah lain di pulau Jawa. Di Jawa Tengah, penyiaran Agama Islam berpusat di Demak. Penyiaran agama Islam di Pulau Jawa dilakukan oleh para wali yang berjumlah 9 yang dikenal dengan Wali Songo (Wali Sembilan). Kemudian murid-murid Wali Songo turut pula menyiarkan agama Islam ke daerah pedalaman pulau Jawa, sehingga agama Islam berkembang dengan pesatnya

Prakiraan masuknya Islam di Jawa Timur tidak lepas dari ditemukannya makam atas nama Fatimah binti Maimun. Makam Islam pertama yang ditemukan di Gresik itu bertahun 1082. Selain makam Fatimah, ditemukan juga sejumlah makam Islam di kompleks pemakaman Kerajaan Majapahit.

Pada tahun 1349, Sultan Zainal Abidin Bahiyah Syah yang merupakan Raja Samudera mengutus Malik Ibrahim dan Maulana Ishak menjalankan misi dakwah di wilayah Gresik.

Tahun 1415-1432, Man Huan mengabarkan keberadaan komunitas muslim pertama di Jawa bagian timur. Komunitas muslim itu terdiri dari tiga kelompok. Penduduk muslim yang dari barat, komunitas Cina yang memeluk islam, dan penduduk pribumi yang menduduki pemukiman bernuansa islam.

Sunan Gresik

Di zaman pemerintahan Prabu Kertawijaya, beberapa bangsawan dan punggawa kerajaan sudah menganut ajaran Islam. Latar belakang dari kejadian itu ialah tersiarnya kabar mengenai masa kejayaan Islam di wilayah timur.

Islam berjaya di wilayah Persia, Afganistan, Pakistan, dan India. Tidak butuh waktu lama, melalui pelabuhan-pelabuhan di Jawa, ajaran islam lekas menyebar di wilayah Aceh dan Malaka.

Perkembangan Islam di Jawa Timur juga tak lepas dari peran Walisongo. Dari sembilan wali, lima di antaranya menjalankan misi dakwah Islam di Jawa Timur.

Kelima wali tersebut ialah Sunan Ampel di Surabaya, Sunan Bonang di Tuban, Sunan Drajat di Lamongan, dan Sunan Giri serta Sunan Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik terletak di kota yang sama yaitu Gresik. Sampai saat ini, makam dari lima wali itu tidak pernah sepi pengunjung.

Sunan Giri

Para wali terkenal dengan metode dakwah Islam yang santun. Mereka tidak serta merta menyiarkan ajaran-ajaran Islam yang asing bagi masyarakat lokal.

Dakwah Islam dilakukan dengan pendekatan budaya yang sudah lebih dulu berkembang di masyarakat. Sunan Bonang misalnya menggabungkan syiar islam dengan musik jawa dan budaya lainnya.

Demikian halnya dengan sunan-sunan lain, mereka memegang teguh konsep akulturasi antara nilai-nilai Islam dengan nilai-nilai yang sudah lebih dulu dianut oleh masyarakat lokal. Hal ini membuat masyarakat lebih mudah menerima Islam sebagai sesuatu yang baru dan indah. Islam sebagai ajaran Ilahiah yang tidak berupaya mengikis kebudayaan mereka.

Pada paruh abad ke-14, Maulana Malik Ibrahim alias Sunan Gresik sampai di tanah Jawa. Sunan Gresik singgah di daerah Leran, sekitar 9 kilometer dari Kota Gresik.

Di masa-masa awal kedatangannya, beliau tidak melakukan dakwah. Pilihannya ialah mengobati masyarakat setempat secara gratis.

Tujuan pengobatan itu selain sebagai amal sosial, juga untuk menarik perhatian masyarakat. Setelah merasa bisa mendapatkan hati masyarakat, barulah Sunan Gresik memulai misi dakwahnya. Misi itu ditandai dengan didirikannya pondok pesantren di Leran.

Dakwah Sunan Gresik juga tidak lekas ditandai dengan menyiarkan nilai-nilai agama di hadapan masyarakat. Ia lebih memilih menunjukkan dirinya sebagai kaum agama islam dengan sikap-sikapnya.

Tutur bahasanya santun, sikapnya lemah lembut, menghormati kaum miskin dan orang tua, menghargai yang lebih muda, dan lain sebagainya. Sosoknya yang demikian perlahan-lahan mendapat perhatian dari masyarakat lokal yang mulai tertarik dengan islam.

Jika diamati, sebenarnya persebaran Islam di Jawa Timur pertama-tama justru terjadi di antara nelayan. Wilayah pesisir menjadi wilayah yang paling awal mendapat pengaruh Islam dari dunia luar karena para pendakwah islam ialah seorang pedagang yang hilir-mudik di wilayah laut.

Sebelum memengaruhi wilayah pedalaman termasuk wilayah kerajaan, wilayah pesisir lebih dulu terpapar ajaran-ajaran islam. Sebagai simpul pertemuan antar pedagang dari berbagai daerah. Wilayah pesisir juga identik dengan masyarakat yang berpikiran lebih terbuka.

Keberhasilan penyebaran agama Islam di Jawa Timur abad ke 15 dan 16 ditunjukkan penguasaan para penyebar Islam terhadap simpul-simpul perdagangan laut. Di pelabuhan Gresik sekitar tahun 1371, Ibrahim Asmarakandi dan Maulana Mashfur diangkat sebagai syahbandar yang menguasai wilayah pelabuhan.

Pada tahun 1378, perjuangan kedua syahbandar itu dilanjutkan oleh Maulana Malik Ibrahim. Penguasaan wilayah tersebut menimbulkan tumbuhnya komunitas-komunitas muslim di Jawa Timur dengan pelabuhan Gresik sebagai pusat berkembangnya islam.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI SULAWESI

Peradaban Islam di Sulawesi Sejarah masuknya perkembangan Islam di Sulawesi berjalan melalui perdagangan. Enggak hanya itu saja, perkembangan Islam pun dilakukan dengan dakwah oleh para mubalig. Pada awalnya perkembangan ini berjalan dengan baik dan damai, namun seiring berjalannya waktu terjadi kekerasan pada saat kerajaan Islam Sulawesi terbentuk. Kekacauan terjadi karena beriringan dengan kondisi politik kerajaan karena perebutan tahta. Raja dan bangsawan menggunakan kekuatan Islam sebagai sarana untuk berkuasa dan pada akhirnya Islam mampu menjadi agama kerajaan. Pada abad 17 M, Sulawesi memiliki beberapa kerajaan Islam seperti Gowa-Tallo (Makassar), Wajo (Bugis), Bone dan kerajaan kecil lainnya. Gowa-Tallo Kerajaan Gowa-Tallo menerapkan konsep dwitunggal kerajaan. Dalam buku Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia (2012) karya Daliman, bersatunya kerajaan Gowa dan Tallo terjadi pada tahun 1603. Sultan Alaudin (raja Gowa) bekerja sama dengan Sultan Adullah

HAL-HAL YANG DAPAT MERUSAK RUMAH TANGGA

 1.      Ila’ Ila’ adalah sumpah suami bahwa ia tidak akan mencapuri istrinya dalam masa lebih empat bulan atau dengan tidak menyebut masanya. Ila’ merupakan tradisi orang-orang jahiliyah Arab dengan maksud untuk menyakiti istrinya dengan cara tidak menggauli dan membiarkan istrinya menderita berkepanjangan tanpa ada kepastian apakah dicerai atau tidak. Setelah Islam datang, tradisi tersebut dihapus dengan cara membatasi waktu Ila’ paling lama empat bulan. Dengan demikian, apabila masa empat bulan itu sudah lewat, suami harus memilih rujuk atau talak. Apabila yang dipilih rujuk, suami harus membayar kafarat sumpah. Namun, jika yang dipilih talak, akan jatuh talak sugra. 2.      Zihar Zihar adalah ucapan suami kepada istrinya bahwa istrinya menyerupai ibunya. Contohnya : “Engkau tampak olehku seperti punggung ibuku.” Zihar pada zaman jahiliyah merupakan cara untuk menceraikan istrinya. Setelah Islam datang, Islam melarang perbuatan itu. Apabila zihar terlanjur dilakukan oleh suami, ia w